Kamis, 18 Maret 2010

Bangunan Tropis


Konsep yang diterapkan dalam desain rumah ini dikategorikan kedalam konsep bangunan tropis, hal tersebut dapat kita lihat pada bangunan rumah yang memaksimalkan bukaan-bukaan guna mendapatkan cahaya matahari yang cukup serta sirkulasi udara yang baik sehingga udara dalam ruangan terasa sejuk meski tanpa pendingin udara. Begitu juga pada lantai atas yang mana plafond ruangan dibuat mengikuti kemiringan atap guna mendapatkan kesan ruang yang luas dengan banyak udara yang masuk.

Sejarah Melayu Pesisir Sumatera Timur


Suku bangsa Melayu Pesisir Sumatera Timur berdiam di propinsi Sumatera Utara bagian Timur. Daerahnya menjalur dari dataran pantai ke barat hingga sampai ke dataran berbukit-bukit mulai dari kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli Serdang,Asahan sampai dengan daerah Labuhan Batu, sepanjang 280 km dari Barat Laut ke Tenggara. Lebar dataran di sebelah utara rata-rata adalah 20 km, dan lebar dataran di sebelah Selatan kira-kira 100 km. Inilah daerah Deli dalam arti luas, yaitu daerah Melayu Sumatera Timur

Yang dimaksud dengan Suku Melayu ialah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam perbaruan ikatan perkawinan antara suku bangsa serta memakai adat resam dan bahasa Melayu secara sadar dan berlanjutan.


Ada bermacam-macam pendapat mengenai nama Melayu. Prof, Dr. Burhanuddin Elhulaimy dari Malaysia mengatakan; “Terdapat dalam kitab-kitab tarikh bangsa Hindu, Cina dan Greek serta lain-lain nama yang mengenal Melayu, itu ada terbagi-bagi di antaranya : Melay, Malay, Melawer, Melayur, Melayu dan lain nama lagi, kesemuanya sebutan menunjukan berkenaan Melayu. 5

Berbagai macam pendapat orang berkenaan nama sebutan Melayu di antaranya ;

a. Melayu terdiri dari pada dua perkataan “Mala” dan “Yu”. Mala artinya “Mula” dan “Yu” artinya “Negeri”, seperti terdapat pada nama “Ganggayu”, artinya negeri yang bermisbah kepada kebesaran Gangga. Langkuyu dan Klangkyu.

b. Melayu atau melayur berarti “Tanah Tinggi” dalam bahasa tamil. Dalam bahasa Sansekerta ada terdapat perkataan Malaya artinya “nama pohon yang harum Gaharu”. Ketika lawatan saya ke yapur, Rauputanan seorang ahli Syair yang mashur ada memberikan sejenis kertas kepada saya yang bertulis dalam bahasa Sansekerta sebagai sebagai “pujian” kepada Melayu yang menerangkan Malayu dahulu negeri Gaharu yang terkenal.

c. Melayu dalam bahasa Jawa berarti “deras” atau “lari”

Keberadaan suku Melayu ini tidak terlepas kaitannya dengan perpindahan penduduk zaman dahulu ke tanah air kita umumnya dan keadaan Sumatera Utara khususnya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh banyak buku sejarah diantaranya oleh H.M. Said dalam bukunya Aceh sepanjang abad dan geograpi Indonesia II oleh Drs. Darmono cs, bahwa pada tahun 2000 sebelum Masehi dan 1500 sebelum Masehi, penduduk dari Hindia Belanda datang ke Sumatera Utara melalui pantai Timur dan pantai Barat, tetapi mereka lebih banyak datang melalui pantai Timur. Bangsa ini disebut dengan bangsa Melayu 6, yang dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan Melayu Tua(2000 sebelum Masehi) dan golongan Melayu Muda (1500 sebelum Masehi). Golongan Melayu Muda ini mendesak golongan Melayu tua ke pedalaman dan pegunungan sehingga golongan Melayu Muda sepenuhnya menguasai daerah pesisir(pantai)

Pada tahun 120 Masehi golongan bangsa yunani (perbauran antara suku Meon penduduk asli di Yunan dengan bangsa Yunani) migrasi ke Pesisir Sumatera Timur karena terdesak dari bangsa Mongol. Akhirnya, bangsa Yunan ini mendadakan perbauran dengan golongan Melayu Muda yang terlebih dahulu menetap.

Sebagai hasil perbauran, masyarakat kedua golongan ini semakin lama semakin berkembang an masyarakatnya mengadakan hubungan dengan daerah sekitarnya, sehingga pelabuhannya yang terletak di pesisir Langkat di teluk Haru tersebut dapat mengeluarkan berbagai hasil seperti lada, cengkeh, pala, kemenyan, kayu Manis, minyak nilam, kapur barus, tembakau dan lain-lain.

Dengan banyaknya hasil tersebut, banyaklah kapal-kapal dagang dari Cina, Gujerath, India, Persia, Arab yang datang ke pelabuhan Haru. Dengan meningkatnya usah –usaha perdagangan ini masyarakatnya bertambah makmur dan dari puncak kemajuan ini terbentuklah statu pemerintahan pada tahun 800 Masehi. Pemerintahan ini berbentuk kerajaan yaitu kerajaan Haru yang pusatnya pertama sekali terletak di “Kampung Sikundir” Besitang. Mulanya kerajaan ini meliputi statu daerah yang kecil, lama kelamaan akhirnya menjadi statu kerajaan yang besar hampir meliputi seluas daerah Sumatera Utara.

Pada tahun 1024 Masehi kerajaan Haru ini dihancurkan oleh Armada Cola Mandala dari India Selatan. Akibat pululan cola Mandala rakyat Haru jadi takut dan banyak diantaranya yang melakukan pengungsian ke berbagai daerah di Sumatera Timur. Setelah pukulan Cola Mandala ini pusat kerajaan Haru yang kedua terletak “Dikampung Kota Baru Gohor Lama” dekat Sei Wampu(Haru/Wampu 1027-1200 Masehi) dan pusat kerajaan Haru yang ketiga terletak di Deli Tua ± 17 Km dari Kotamadya Medan, dikenal dengan Haru/Deli Tua 1200 – 1608 Masehi.

Pada tahun 1608 Masehi kerajaan Haru/Deli Tua runtuh oleh Aceh, dengan demikian berarti bahwa Haru telah berada dalam kekuasaan Aceh. Setelah keruntuhan kerajaan Haru/Deli Tua ini, bekas rakyat Haru yang masih tinggal dan berada di tepi pantai (pesisir setelah masuk agama Islam menamakan dirinya dengan “Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur”), dan kemudian berdirilah beberapa kerajaan Islam di pesisir Sumatera Timur seperti kerajaan Deli, kerajaan Langkat, kerajaan Asahan, kerajaan Serdang, kerajaan Kota Pinang dan kerajaan-kerajaan kecil seperti kerajaan Songal, Sukapiring, Hamparan Perak, Bahorok, Tebing Tinggi dan Selesai. Masing-masing kerajaan ini berkembang dan berasimilasi dengan daerah kekuasaan, sampai pada kemerdekaan Republik Indonesia.

Akibat lajunya pertumbuhan penduduk daerah ini, kampung-kampung Melayu asli sudah hilang dari bentuknya semula, berbagai etnis ada di dalamnya. Kampung tersebut berubah menjadi kampung nasional, demikian juga dengan adat budayanya telah bercampur baur dengan budaya berbagai suku di tanah air kita.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kampung halamannnya serta hubungannya dengan etnis-etnis lainnya adalah sebagai berikut 6:

1. Suku Melayu Pesisir Langkat dan Deli, berbaur dengan suku Karo, Malaysia dan Aceh. Kebanyakan suku ini terdapat di Kecamatan Stabat dan Tanjung Pura.

2. Suku Melayu Pesisir Serdang, berbaur dengan suku Karo dan Minang. Kebanyakan suku ini terdapat di Kecamatan Perbaungan dan Pantai Cermin.

3. Suku Melayu Pesisir di Tebing Tinggi, berbaur dengan suku Simalungun, Karo dan Minang.

4. Suku Melayu Pesisir Asahan, berbaur dengan suku-suku Tapanuli, Minang, Karo dan Aceh. Kebanyakan suku ini terdapat di Kotamadya Tanjung Balai, Kisaran, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Labuhan Ruku, Desa Lima Laras dan Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram.

5. Suku Melayu Pesisir Labuhan Batu, berbaur dengan suku-suku Tapanuli, Minang dan Riau. Kebanyakan suku ini terdapat di daerah Rantau Prapat, Tanjung Medan, Kota Pinang dn Negeri Lama Kecamatan Bilah.